Rabu, 29 Desember 2010

sebuah ironi,...

ditanah ini aku lahir dan bertumbuh, sejak 26 tahun lalu. dan ditanah ini pula aku merasa malu.
aku bekerja sebagai karyawan kecil disebuah lembaga sosial, yang memberikan bantuan dengan membangunkan rumah untuk para korban gempa. kami bekerja dengan masyarakat, bukan sebagai sebuah lembaga kaya, yang bisa diperas dan dimanfaatkan kapan saja. lembaga ini datang dengan niat memberikan bantuan pada masyarakat yang kurang mampu.
dari awal pekerjaan, lembaga ini berusaha melibatkan sebanyak mungkin peran serta masyarakat. hal itu baik. namun seiring waktu yang berjalan, semuanya mulai berjalan dengan salah. beberapa orang yang dimasukkan didalam struktur lembaga, yang seharusnya membantu lembaga untuk berhubungan dengan masyarakat, dari lembaga yang akan membantu masyarakat atau suaudara mereka sendiri. mereka lambat laun menjadikan lembaga tempat mereka bekerja sebagai lahan untuk memperkaya diri, tanpa pernah merasa malu, akan ketidak sanggupan mereka membantu langsung saudara mereka, tapi malah memperdaya orang yang mencoba membantu saudaranya.
lain lagi dengan kasus para pemudanya. mereka yang sudah berada didaerah yang kurang pekerjaan ini, masih ingat akan perayaan tahun baru. mereka tidak memiliki kesibukan lain selain menyambut perayaan yang bahkan bukan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. apa pentingnya tahun baru buat seorang pengangguran yang bahkan tidak bisa memikirkan kelanjutan hidupnya esok ? namun itulah,...mereka ingat, dan ingin merayakannya. sudah pasti dengan status luntang lantung itu mereka tidak punya cukup dana untuk merayakannya, dan lagi-lagi mereka berpikir dengan cerdas dan cepat, cara menghasilkan dana tanpa perlu usaha keras. mereka cukup meminta, kepada pihak-pihak yang mereka perkirakan akan memiliki dana lebih untuk menolong mereka merayakan tahun baru. salah satunya lembaga yang sedang bekerja ditempat mereka. dengan berbagai alasan kekompakan, dan sebagai bentuk sumbangsih kepada lingkungan ( seolah bantuan tumah itu belum cukup !!! ), mereka tanpa malu datang untuk menagih dana kekompakan dan kepedulian itu.
ada banyak hal yang harus dipahami, dimengerti dan dimaklumi didunia ini,..namun sudah pasti, kemalasan dan kelicikan bukan sesuatu hal yang harus ditoleransi setiap saat, hanya karena mereka adalah bagian dari orang-orang yang berada didaerah yang kita bantu, dan secara langsung tidak mendapat bantuan.
dan kadang, tangan diatas tidak selalu baik, karena, jika tangan diatas itu memberi kepada pencuri,...itu adalah sesuatu yang sia-sia belaka.
dan aku,...harus menghadapi kenyataan, bahwa keadaan ini terjadi ditanah yang sangat kucintai, dan tak akan pernah kutinggalkan,....

Rabu, 01 Desember 2010

dandelion

hari lain,..
kau datang dengan setangkai mawar merah,..
bosan,..
terlalu biasa,..
hari lain,...
kau datang dengan setumpuk krisan,...
mungkin aku berniat menerima,..
agak berbeda,..
namun tetap hanya bunga,...
yang melambangkan cinta,..yang mengikat,..
hari lain,..
bisakah,..
kau beri aku dandelion,..
yang akan terbang ketika ditiup?
yang melambangkan kebebasan ?
atas nama cinta ?